Sore itu disebuah subway di kota New York, suasana cukup sepi. Kereta  api bawah tanah itu cukup padat oleh orang-orang yang baru pulang  kerja. 
Tiba-tiba, suara hening terganggu oleh ulah dua orang bocah kecil  berumur sekitar 3 dan 5 tahun yang berlarian kesana kemari. Mereka  berdua mulai mengganggu penumpang lain. Yang kecil mulai menarik- narik  korang yang sedang dibaca oleh seorang penumpang, kadang merebut pena  ataupun buku penumpang yang lain. Si kakak sengaja berlari dan menabrak  kaki beberapa penumpang yang berdiri menggantung karena penuhnya gerbong  itu.
Beberapa penumpang mulai terganggu oleh ulah kedua bocah nakal itu,  dan beberapa orang mulai menegur bapak dari kedua anak tersebut. “Pak,  tolong dong anaknya dijaga!” pinta salah seorang penumpang. Bapak kedua  anak itu memanggil dan menenangkannya. Suasana kembali hening, dan kedua  anak itu duduk diam. Tak lama kemudian, keduanya mulai bertingkah  seperti semula, bahkan semakin nakal. Apabila sekali diusilin masih diam  saja, kedua anak itu makin berani. Bahkan ada yang korannya sedang  dibaca, langsung saja ditarik dan dibawa lari. Bila si-empunya koran  tidak bereaksi, koran itu mulai dirobek-robek dan diinjak-injak.
Beberapa penumpang mulai menegur sang ayah lagi dengan nada mulai  kesal. Mereka benar-benar merasa terganggu, apalagi suasana pulang  kerja, mereka masih sangat lelah. Sang ayah memanggil kembali kedua  anaknya, dan keduannya mulai diam lagi. Tapi hal itu tidak berlangsung  lama. Si anak mulai membuat ulah yang semakin membuat para penumpang di  gerbong bawah tanah itu mulai marah.
Beberapa penumpang mulai memarahi sang ayah dan membentak. “Pak bisa  mendidik anak tidak sich!” kata seorang penumpang dengan geram.
“Dari tadi anaknya mengganggu semua orang disini, tapi bapak koq diam  saja”. Sang ayah bangkit dari duduknya, menghampiri kedua anaknya yang  masih mungil, menenangkannya, dan dengan sangat sopan berdiri dan  berkata kepada para penumpang yang ada di gerbong itu. “Bapak-bapak dan  ibu-ibu semua, mohon maaf atas kelakuan kedua anak saya ini. Tidak  biasanya mereka berdua bertingkah nakal seperti saat ini. Tadi pagi,  kedua anak saya ini baru saja ditinggal oleh ibu mereka yang sangat  mereka cintai. Ibu kedua anak saya ini meninggal karena penyakit  LEUKEMIA yang dideritanya”. Bapak itu diam sejenak, dan sambil mengelus  kepala kedua anaknya meneruskan ceritanya. “Mungkin karena kejadian yang  menimpa ibu mereka berdua itu begitu mendadak, membuat kedua anak saya  ini belum bisa menerima kenyataan dan agak sedikit shock karenanya.  Sekali lagi saya mohon maaf”. Seluruh orang didalam gerbong kereta api  bawah tanah itu seketika terdiam. Mereka dengan tiba-tiba berubah total,  dari memandang dengan perasaan kesal karena kenakalannya, berubah  menjadi perasaan iba dan sayang. Kedua anak itu masih tetap nakal,  mengganggu seluruh penumpang yang ditemuinya. Tetapi, orang yang  diganggu malah kelihatan tambah menampakkan kasih sayangnya. Ada yang  memberinya coklat, bahkan ada yang menemaninya bermain.
PERHATIKAN KONDISI SUBWAY ITU. PENUMPANGNYA MASIH SAMA. KEDUA ANAK  ITU MASIH NAKAL-NAKAL. Tetapi terjadi perubahan yang sangat mencolok.  SUASANA DIDALAM SUBWAY ITU BERUBAH 180 DERAJAT. KENAPA?…. KARENA SEBUAH  INFORMASI. INILAH YANG DISEBUT PERUBAHAN PARADIGMA. Ternyata, batas  antara SETUJU dan MENOLAK itu sangat tipis sekali. Dan itu tidak akan  pernah dapat ditembus, kecuali oleh sebuah INFORMASI yang benar